Sejak zaman Yunani Kuno, seni berbicara di hadapan khalayak atau ars oratoria dipandang sebagai salah satu kemampuan tertinggi manusia. Plato dan Aristoteles mengajarkan bahwa pidato bukan sekadar kata-kata, melainkan cermin keberanian, logika, dan etika seorang individu.
Di sinilah Lembaga Debat Hukum dan konstitusi(LDHK) melalui Departemen Debat dan Kompetisi menghadirkan pelatihan yang berorientasi pada Self improvement/Self development. Dengan mengusung tema “TIPS & TRIK PUBLIC SPEAKING DALAM BERDEBAT” yang dimana eksistensi pelatihan ini untuk melatih kemampuan menguasai basic rule public speaking seperti keberanian, strukturisasi pengucapan serta kecakapan berdialektika. Demisinoner direktur departemen Media Dan Hubungan masyarakat Periode Kabinet Satu yaitu dir dave sompie S,H yang menjadi pemateri kali ini, Dimana beliau memiliki pengalaman terjun langsung di dunia public speaking dengan segudang prestasi yang di raih. Beliau bukan hanya seorang Perwira Letnan Dua Tentara Nasional Indonesia Komponen Cadangan tapi sejak 2023 hingga saat ini beliau juga menjadi ketua ikatan Putra Putri Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi.
──────────────────────────────────────
Pelatihan ini dibuka dengan simulasi debat yang mempertandingkan kader internal LDHK. Hal ini didasari oleh prinsip bahwa keterampilan berbicara tidak akan terbentuk hanya dengan membaca teori. Aristoteles pernah mengatakan bahwa “Kita menjadi pembicara bukan hanya karena mengetahui, tetapi karena membiasakan diri untuk mengucapkannya.” Melalui simulasi debat, peserta diajak untuk mengalami langsung tantangan berpikir cepat, merangkai argumen, dan menyampaikannya dengan jelas di depan audiens.
Dalam sesi materi, selain memberikan evaluasi verbal kepada masing masing tim pemateri juga kemudian menjabarkan empat metode utama dalam public speaking:
1.) Spontan – Berbicara secara langsung tanpa persiapan panjang, mengandalkan pengalaman dan ketajaman berpikir.
2.) Membaca – Menyampaikan naskah yang sudah ditulis, menjaga struktur dan ketepatan substansi.
3.) Menghafal – Menguasai teks atau pidato dengan hafalan, sehingga lebih leluasa dalam kontak mata dan ekspresi.
4.) Improvisasi – Gabungan antara spontan dan hafalan, di mana pembicara tetap fleksibel menyesuaikan dengan situasi.
Selain metode, terdapat empat unsur penting yang selalu hadir dalam setiap praktik berbicara di depan umum:
1.) Speaker (Pembicara) – Kepribadian, karakter, dan kredibilitas seorang pembicara adalah kunci utama.
2.) Message (Pesan/Substansi) – Isi pidato harus padat, logis, dan memiliki nilai.
3.) Audience (Pendengar) – Pemahaman terhadap audiens menentukan gaya bahasa, diksi, hingga cara penyampaian.
4.) Situation/Place (Situasi dan Tempat) – Konteks ruang dan suasana harus diperhitungkan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.
Pelatihan ini berlangsung dengan suasana yang sangat intens dan penuh semangat. Setiap peserta diberikan ruang untuk berlatih, bertanya, serta mendiskusikan teknik public speaking yang baik dalam konteks debat. Tidak hanya teori, para peserta juga langsung diarahkan untuk melakukan simulasi agar pemahaman yang diperoleh bisa langsung dipraktikkan.
Yang menarik, kegiatan ini dirancang dengan prinsip inklusivitas, di mana seluruh peserta tanpa kemudian memandang latar belakang kemampuan awal, diberi kesempatan yang sama untuk berkembang. Hal ini membuat forum pelatihan terasa hidup, hangat, dan penuh keterbukaan. Direktur Departemen Debat dan Kompetisi, Dir Joachim Mandey pun dalam ucapan terima kasihnya menyatakan bahwa “Dengan pendekatan yang aplikatif, peserta dapat langsung merasakan perubahan signifikan dalam cara mereka menyampaikan gagasan dan melalui pelatihan debat ini sekiranya menjadi pemantik agar setiap kader yang ada dapat terus berproses dan belajar agar tidak cepat puas.”
──────────────────────────────────────
Pemberian materi terkait public speaking ini, bukan sekadar forum belajar berbicara tetapi juga ruang pembentukan diri. Melalui simulasi debat dan pemaparan materi interaktif, peserta diajak untuk menyadari bahwa berbicara di depan umum adalah seni sekaligus tanggung jawab. Dengan menguasainya, generasi muda hukum dapat menjadi motor perubahan untuk mewakili gagasan dengan berani, menyampaikan kebenaran dengan tegas, dan mempu untuk berdialektika dengan retorika yang persuasif.
Selain sebuah progra kerja, pelatihan debat pertama ini membuktikan bahwa LDHK tidak hanya menjadi wadah pengembangan intelektual, tetapi juga ruang pembentukan karakter komunikatif dan kritis. Melalui sesi yang inklusif dan intens, para peserta berhasil mendapatkan bekal awal untuk tampil lebih percaya diri dalam forum debat. Kegiatan ini sekaligus menjadi pijakan penting bagi LDHK untuk terus menghadirkan pelatihan-pelatihan berikutnya yang lebih variatif, dengan tujuan membentuk kader-kader LDHK menjadi handal, visioner, dan siap berkompetisi di berbagai level dengan versi terbaik dan matang.
Pemikir Kritis, Penutur Santun, Eksekutor Bijak
Salam Konstitusi ✊🏻
#KABINETNAWASENA
#LDHKFHUNSRAT





No comments:
Post a Comment